Pertemuan 25 etnis dengan mengenakan pakaian adat masing-masing etnis itu dihadiri unsur Muspida, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat berlangsung di Polres Nunukan Jumat (1/10) diakhiri dengan mengucapakan kebersamaan sekaligus penandatanganan kesepakatan bersama.
“Ikrar kebersamaan sekaligus penandatanganan kesepakatan ini merupakan lanjutan dari pertemuan serupa yang sudah kami gelar Senin (27/9) sehari setelah peristiwa di Tarakan,” terang Kapolres Nunukan AKBP RP Argo Yuwono yang dikonfirmasi Post Metro melalui telepon seluler, kemarin.
Ratusan pengungsi dari Tarakan yang berada di Nunukan, kini berangsur-angsur kembali ke Tarakan mengingat kondisi siatuasi keamanan dan ketertiban di Tarakan sudah berangsur normal dan damai. Kedau kelompok yang bertikai sudah sepakat dan bersama-sama jaga kamtibmas.
Tercatat sebanyak 516 pengungsi dari Tarakan menggunakan kapal dan Speedboat yang sebelumnya menginap di tenda pengungsian yang disediakan di pelabuhan Tunontaka, keesokan usai kesepakatan damai mereka dipulangkan dengan armada kapal KM Umsini dengan biaya gratis.
Keberangkatan kembali pengungsi ke Tarakan itu langsung dipimpin Kapolres Nunukan, Adpel Pelabuhan Tunontoka, Syahbandar dan Polsek Kawasan Pelabuhan Nunukan. Selain 512 pengungsi yang sempat menginap di pelabuhan, sebanyak 620 juga mengungsi dari Tarakan menuju Nunukan.
Sebanyak 620 tadi berada di tempat keluarganya dan mengungsi di Sebatik tempat keluarganya 430 orang terdiri dari laki-laki dewasa 183, 139 perempuan dan 108 anak-anak
Dari sini dapat kita lihat bagai mana perang antar suku di Indonesia sering sekali tejadi,hanya karna sedikit kesalah pahaman dan tidak adanya rasa musyawarah.