Kamis, 21 Oktober 2010

Perang Antar Suku Di Tarakan!

BALIKPAPAN  -  Wilayah Utara Kalimantan Timur yakni Kota Nunukan yang berdekatan dengan perbatasan Malaysia serta kota Tarakan, saat bentrokan antarkelompok, sebanyak 25 etnis mengungsi keluar dari kota Tarakan. Setelah kondisi keamanan mulai terkendali, mereka kumpul  di Nunukan dan sepakat jaga kamtibmas serta menyepakati peristiwa di Tarakan murni tindak pidana.
Pertemuan 25 etnis dengan mengenakan pakaian adat masing-masing etnis itu dihadiri unsur Muspida, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat berlangsung di Polres Nunukan Jumat (1/10) diakhiri dengan mengucapakan kebersamaan sekaligus penandatanganan kesepakatan bersama.

“Ikrar kebersamaan sekaligus penandatanganan kesepakatan ini merupakan lanjutan dari pertemuan serupa yang sudah kami gelar Senin (27/9) sehari setelah peristiwa di Tarakan,” terang Kapolres Nunukan AKBP RP Argo Yuwono yang dikonfirmasi Post Metro melalui telepon seluler,  kemarin.


Ratusan pengungsi dari Tarakan yang berada di Nunukan, kini berangsur-angsur kembali ke Tarakan mengingat kondisi siatuasi keamanan dan ketertiban di Tarakan sudah berangsur normal dan damai. Kedau kelompok yang bertikai sudah sepakat dan bersama-sama jaga kamtibmas.

Tercatat sebanyak 516 pengungsi dari Tarakan menggunakan kapal dan Speedboat yang sebelumnya menginap di tenda pengungsian yang disediakan di pelabuhan Tunontaka, keesokan usai kesepakatan damai mereka dipulangkan dengan armada kapal KM Umsini dengan biaya gratis.  

Keberangkatan kembali pengungsi ke Tarakan itu langsung dipimpin Kapolres Nunukan, Adpel Pelabuhan Tunontoka, Syahbandar dan Polsek Kawasan Pelabuhan Nunukan. Selain 512 pengungsi yang sempat menginap di pelabuhan, sebanyak 620 juga mengungsi dari Tarakan menuju Nunukan.

Sebanyak 620 tadi berada di tempat keluarganya dan mengungsi di Sebatik tempat keluarganya 430 orang terdiri dari laki-laki dewasa 183, 139 perempuan dan 108 anak-anak
Dari sini dapat kita lihat bagai mana perang antar suku di Indonesia sering sekali  tejadi,hanya karna sedikit kesalah pahaman dan tidak adanya rasa musyawarah.

Selasa, 19 Oktober 2010

Mirisnya budaya mengemis saat ini

Sebagai Negara yang sedang berkembang, di Indonesia banyak menjamur masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat kita. Masalah-masalah ini tidak bisa lepas dari pengaruh perekonomian negara kita yang sampai saat ini masih terombang-ambing, belum mampu untuk stabil, apalagi meningkat. Bahkan, keadaan kehidupan di masayarakat kita menunjukkan penurunan dalam perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari merebaknya kemiskinan. Meningkatnya kemiskinan ini sangat terasa di daerah pedesaan. Ketidakadilan ekonomi yang menimpa daerah pedesaan menyebabkan gelombang perpindahan pemuda dan pemudi dari desa ke kota. Mereka berpikir bahwa lebih mudah untuk mencari uang di kota, daripada di desa. Namun sebagian besar dari mereka tidak memiliki akses keilmuan, akses ekonomi, maupun akses sosial, yaitu masih rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan rata-rata angkatan kerja. Akhirnya mereka mencari penghidupan di sektor-sektor informal, menjadi pengamen, pengemis, dan gelandangan.

salah satu buktii ketika saya sedang membaca baca sebuah artikel.....ada sesuatu yang sangat menarik 
yaitu ada sebuah desa di Desa Pragaan Daya, Kabupaten Sumenep. dimana notabenya hampir semua penduduknya menjadi seorang pengemis,bahkan budaya mengemis mereka jadikan sebuah jaringan mata pencarian yang bisa dibilang sangat fantastis dari hasil mengemis mereka mampu mempunyai rumah
berlantai dua, seluruh dindingnya berkeramik.di teras rumah, sejumlah warga, termasuk anak-anak, tampak menggunakan telepon seluler. Beragam jenis kendaraan, seperti sepeda motor dengan warna kinclong terparkir rapi.
Masalah ini difokuskan pada pengemis dimana mengemis bisa dibilang telah membudaya di masyarakat kita. Dapat kita lihat dari banyaknya para pengemis, tak hanya di kota-kota besar, namun juga di seluruh indonesia Hampir semua perempatan jalan bisa ditemui pengemis,  sekitar wilayah traffic light setiap hari dan bahkan sampai dini hari tersebar pengemis-pengemis jalanan. Hal ini tentunya sangat menyedihkan kita melihat kondisi masyarakat kita.